Sabtu, 03 Oktober 2009

Office Of Islam

Antara “Miss Universe” dan “Sapi Perah”

Posted in Opini by Leila Amra on the September 15th, 2009

Add to Technorati Favorites
Tak akan ada gadis sumbing terpilih menjadi ratu kecantikan,  meski IQ-nya tinggi. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-268

Oleh: Dr. Adian Husaini*

Menjelang bulan suci Ramadhan 1430 Hijriah, media massa Indonesia banyak menyiarkan berita tentang prestasi yang diraih oleh Zivanna Letisha Siregar, anak Indonesia yang ikut dalam Kontes Ratu Kecantikan Sejagad (Miss Universe) 2009.
Hasil jajak pendapat di missuniverse.com pada Kamis (20/8/2009) menunjukkan, Zizi – panggilan Zivanna – menduduki peringkat ketiga, satu prestasi yang belum pernah diraih oleh putri Indonesia sebelumnya. Prestasi itu diraih karena banyaknya orang Indonesia yang mendukungnya lewat polling. Media massa pun gegap gempita mendukungnya. Banyak yang  secara terbuka bangga dan berharap, Zizi akan menang dalam kontes Miss Universe tersebut.
Menariknya, hampir tidak tampak lagi suara yang mempersoalkan keikutsertaan wakil Indonesia tersebut di pentas pemilihan Ratu Sejagad. Nyaris tak terdengar suara MUI, Departemen Agama, NU, Muhammadiyah, dan sebagainya. Seolah-olah kehadiran Zizi di pentas kecantikan internasional itu memang sudah direstui oleh bangsa Indonesia. Padahal, dalam kontes tersebut,  Zizi menampilkan pakaian bikini yang pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengundang kontroversi.
Begitu kuatnya arus global informasi tersebut, sehingga mampu menyekat suara-suara yang berbeda. Semua seperti digiring untuk bungkam. Seolah-olah banyak yang sudah tahu akan resiko yang dihadapi jika berani mempersoalkan hal-hal seperti ini, maka akan dengan mudah dikecam sebagai manusia yang sok moralis, menghambat kebebasan berekspresi, kaum radikal, dan sebagainya.
Mungkin, sadar akan kekuatan besar seperti itulah, maka banyak yang memilih diam, atau enggan berkomentar. Semua seperti sadar bahwa sekarang adalah zaman kebebasan. Ini zaman liberal. Semua serba boleh. Maksiat atau tidak maksiat tidak peduli lagi. Yang penting seru! Yang penting enak ditonton! Yang penting menghibur! Yang penting menghasilkan uang! Persetan dengan semua nilai moral atau agama!
Padahal, diukur dari sudut pandang Islam, jelas keikutsertaan dalam kontes kecantikan seperti kontes Miss Universe adalah perbuatan haram. Itu jelas dosa! Itulah kemungkaran yang sangat nyata; mengumbar aurat di muka umum. Mungkin Zizi dan para pendukungnya berpikir bahwa tubuh yang dimilikinya adalah miliknya sendiri, dan dia merasa seratus persen berhak menggunakannya untuk tujuan apa saja sesuai kehendaknya. Tidak ada urusan dengan aturan Allah SWT. Mungkin, mereka juga berpikir, bahwa toh, tindakan itu tidak merugikan orang lain! Tidak mengganggu lain. Apa salahnya!
Salah satu media internet yang mengkritik keras keikutsertaan putri Indonesia dalam ajang Miss Universe 2009 itu adalah www.voa-islam.com.     Situs ini secara tegas mengkritik kontes tersebut: ”Beginikah kiblat kemajuan sebuah peradaban di mana wanitanya harus berani meludahi ajaran para Nabi, terutama Nabi Muhammad Saw? Beginikah simbol sebuah kemajuan peradaban, di mana wanitanya akan dihormati manakala berani membuka dada dan paha? Ataukah beginikah standar kecantikan wanita manakala layak tubuhnya dijadikan simbol penglaris dagangan saja?”
Dalam suasana gegap gempitanya paham kebebasan dan – meminjam istilah Taufik Ismail –  ”Gerakan Syahwat Merdeka”  di Indonesia, memang suara-suara yang menyerukan agar manusia Indonesia menjadi manusia-manusia yang lebih adil dan beradab menjadi tenggelam.  Padahal, ada al-Quran sudah mengajak perempuan untuk menutup auratnya: “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kerudungnya ke dadanya” (QS An-Nur:31).
Nabi Muhammad saw juga pernah bersabda: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain,  dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Betapa pun, Zizi adalah Muslimah. Bahkan, konon, ia adalah lulusan sebuah SMU Islam di Jakarta. Yang harus dilakukan jika seorang Muslim/Muslimah ketika melakukan tindakan dosa adalah bertobat. Bukan malah bangga dengan tindakannya dan mengajak orang lain untuk mengikuti tindakan dosanya. Apakah Zizi, kedua orang tua, dan pendukungnya yang Muslim  tidak tahu bahwa tindakan mengumbar aurat seperti itu adalah tindakan dosa? Sebagai sesama Muslim, kita WAJIB mengimbau dan menasehatinya. Kita tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Masing-masing kita akan bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri di hadapan Allah.

Sapi perah

Jika Zizi dan para pendukungnya enggan mendengar pendapat yang masih berbau agama, ada baiknya juga disimak pendapat Dr. Daoed Joesoef,  seorang cendekiawan yang dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai tokoh sekular. Daoed Joesoef pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) selama satu periode (1977-1982).  Semasa hidupnya, Daoed Joesoef dikenal dengan pemikirannya yang sekular.
Pemikirannya yang sekular telah banyak mengundang kritik dari para tokoh Islam. Tetapi, ada satu sisi pemikirannya sejalan dengan tokoh-tokoh Islam di Indonesia, yaitu kritik-kritiknya yang keras dan tajam terhadap keberadaan kontes ratu-ratuan.  Daoed Joesoef adalah doktor lulusan Sorbonne Perancis (1972) dan Ketua Dewan Direktur CSIS (1972-1998). Ia juga pernah menjadi anggota pengurus organisasi ”Angkatan Seni Rupa Indonesia” di Medan (1946), dan Ketua cabang Yogyakarta untuk organisasi ”Seniman Indonesia Muda” (1946-1947).
Betapa sekularnya pemikiran Daoed Joesoef bisa disimak dari sikapnya yang tidak mau mengucapkan salam Islam saat menjabat Menteri P&K. Dalam memoarnya yang terbit tahun 2006 berjudul ”Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran”, Daoed Joesoef  memberikan alasan: ”Aku katakan, bahwa aku berpidato sebagai Menteri dari Negara Republik Indonesia yang adalah Negara Kebangsaan yang serba majemuk, multikultural, multiagama dan kepercayaan, multi suku dan asal-usul, dan lain-lain, bukan negara agama dan pasti bukan negara Islam.”
Tentu saja, jika diukur pada tataran sekarang, pandangan dan sikap Daoed Joesoef semacam itu tampak ganjil. Tetapi, tidak semua pendapat Daoed Joesoef perlu ditolak. Ada pendapatnya yang sangat menarik untuk disimak dan direnungkan. Sebagai cendekiawan, pandangannya terhadap berbagai jenis kontes ratu kecantikan, bisa dikatakan sangat tajam dan mendasar.
Saat menjadi Menteri P&K pula, Daoed Joesoef menyatakan secara terbuka penolakannya terhadap segala jenis pemilihan miss dan ratu kecantikan. Ketika itu memang sedang marak-maraknya promosi aneka ragam miss, ada Miss Kacamata Rayban, Miss Jengki, Miss Fiat, Miss Pantai, di samping pemilihan ratu ayu daerah, ratu ayu Indonesia, yang langsung dikaitkan dengan berbagai jenis keratuan internasional. Dan semuanya, tulis Daoed Joesoef, ”menyatakan demi manfaat dan kegunaan (pariwisata) serta keharuman nama dan martabat Indonesia.”
Apa kata Daoed Joesoef tentang semua jenis ratu-ratuan tersebut? ”Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom aku tidak a priori  anti kegiatan bisnis. Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara,” tulis Daoed Joesoef.
Menurut mantan dosen FE-UI ini, wanita yang terjebak ke dalam kontes ratu-ratuan, tidak menyadari dirinya telah terlena, terbius, tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Itu ibarat perokok atau pemadat yang melupakan begitu saja nikotin atau candu yang jelas merusak kesehatannya. Lebih jauh, Daoed Joesoef menyampaikan kritik pedasnya: ”Pendek kata kalau di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut ”meramaikan” pesta kecantikan perempuan di forum internasional.”
Dari 900 halaman lebih memoarnya tersebut, Daoed Joesoef memberikan porsi cukup panjang (hal. 649-657) untuk menguraikan buruknya praktik-praktik ratu-ratuan bagi perempuan itu sendiri. Perempuan tentu boleh tampil cantik. Tapi, Daoed Joesoef mengingatkan tiga hal. Pertama, jangan ia diumbar, dibiarkan untuk dieksploitasi seenaknya oleh orang/pihak lain hingga membahayakan dirinya sendiri. Kedua, jangan memupuknya secara berlebihan, karena bagaimana pun kecantikan itu hanya setebal kulit. Ketiga, kecantikan yang dipupuk dan lalu dijadikan standar personalitas perempuan berpotensi menjadi liang kubur  perempuan yang bersangkutan.  Bila kecantikan itu redup, karena hanya setebal kulit, berarti perempuan itu tidak dapat lagi memenuhi standar yang telah dipatoknya sendiri. Orang lain, termasuk suaminya, akan membelakanginya, lalu berpaling ke perempuan cantik lain.
Semasa belajar di Paris, Daoed Joesoef mengaku pernah membaca sebuah kasus seorang guru matematika dipecat oleh Menteri Pendidikan Nasional Perancis, gara-gara guru tersebut mengikuti kontes ratu kecantikan daerah yang merupakan awal dari pemilihan ratu kecantikan nasional. Ketika itu tidak ada media yang membelanya, karena publik menganggap kegiatan seperti itu tidak pantas dilakukan seorang guru. Karena itu, menurutnya, jika ada pendidik yang membela kegiatan pemilihan ratu ayu, pantas sekali dipertanyakan bagaimana keadaan nuraninya.

”Apa kata inteleknya tidak perlu dipersoalkan, karena sekarang ini keintelektualan bisa disewa per hari, per minggu, per bulan, per tahun, bahkan permanen, dengan honor yang lumayan. Artinya, even seorang intelek bisa saja melacurkan kemurnian inteleknya karena nurani sudah diredam oleh uang,”
tulis Daoed Joesoef.
Daoed Joesoef  menolak argumentasi bahwa kontes kecantikan juga menonjolkan sisi-sisi intelektual perempuan dan banyak pesertanya yang mahasiswi. Juga ia menolak alasan bahwa penggunaan pakaian renang dalam kontes semacam itu adalah hal yang biasa.  ”Namun tampil berbaju renang melenggang di catwalk, ini soal yang berbeda. Gadis itu bukan untuk mandi, tapi disiapkan, didandani, dengan sengaja, supaya enak ditonton, bisa dinikmati penonjolan bagian tubuh keperempuanannya, yang biasanya tidak diobral untuk setiap orang,” tulis Daoed Joesoef lebih jauh.
Bahkan, Daoed Joesoef menyamakan peserta kontes kecantikan itu sama dengan sapi perah: ”setelah dibersihkan lalu diukur badan termasuk buah dada (badan)nya dan kemudian diperas susunya untuk dijual, tanpa menyadari bahwa dia sebenarnya sudah dimanfaatkan, dijadikan sapi perah. Untuk kepentingan dan keuntungan siapa?”

Terhadap orang yang menyatakan bahwa yang dinilai dalam kontes kecantikan bukan hanya kecantikannya, tetapi juga otaknya, sikapnya, dan keberaniannya, Daoed Joesoef  menyatakan, bahwa semua itu hanya embel-embel  guna menutupi kriterium kecantikan yang tetap diunggulkan. ”Percayalah, tidak akan ada gadis sumbing yang akan terpilih menjadi ratu betapa pun tinggi IQ-nya, terpuji sikapnya atau keberaniannya yang mengagumkan,” tulisnya.
Terhadap alasan kegunaan kontes ratu kecantikan untuk promosi wisata dan penarikan devisa, Daoed Joesoef menyebutnya sebagai wishful thinking belaka, untuk menarik simpati masyarakat dan dukungan pemerintah. Kalau keamanan terjamin, jaringan transpor bisa diandalkan, sistem komunikasi lancar, bisa on time, pelayanan hotel prima, maka keindahan alam Indonesia saja cukup bisa menarik wisatawan.
Lalu, apa jalan keluarnya? ”Stop all those nonsense! Hentikan semua kegiatan pemilihan ratu kecantikan yang jelas mengeksploitasi perempuan dan pasti merendahkan martabatnya!” seru Daoed Joesoef. “Namun,”  lanjutnya, “kalau perempuan sendiri bergairah melakukan perbuatan yang tercela itu karena kepentingan materi sesaat tanpa mempedulikan masa depan anak-anak, ya mau bilang apa lagi!”.
Meskipun kita tidak sependapat dengan banyak pemikiran sekular Daoed Joesoef, tetapi pandangannya tentang ratu-ratuan ini patut kita acungi jempol. Kini, di tengah-tengah semakin menguatnya hegemoni liberalisme nilai-nilai moral dan menghunjamnya paham materialisme, pendapat jernih Daoed Joesoef dalam soal peran dan kedudukan perempuan perlu diperhatikan, khususnya bagi pejabat dan pemuka masyarakat. Secara terbuka Daoed Joesoef mengimbau:
“Kalaupun gadis-gadis kita yang cantik jelita lagi terpelajar, cerdas dan terampil serta berbudi pekerti terpuji dan berani, masih berhasrat menyalurkan energinya yang menggebu-gebu ke kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, siapkanlah diri mereka agar menjadi IBU yang ideal, memenuhi perempuan yang sebenarnya dalam keluarga, perannya yang paling alami. Jadi bukan peran  sembarangan, karena mendidik makhluk ciptaan Tuhan yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.  Jangan anggap bahwa mengasuh, membesarkan dan mendidik anak secara benar bukan suatu pekerjaan yang terhormat. Pekerjaan ini memang tidak menghasilkan uang, pasti tidak membuahkan popularitas, tentu tidak akan ditampilkan oleh media massa dengan penuh kemegahan, tetapi ia pasti mengandung suatu misi yang suci…”
Demikianlah, sebuah contoh pemikiran yang jernih tentang kedudukan dan martabat perempuan. Mudah-mudahan masih ada petinggi negara dan elite masyarakat yang mendukung pemikiran semacam ini, dan kemudian berani melakukan tindakan untuk menegakkan kebenaran, meskipun resikonya, dia bisa jadi tidak akan populer. [Depok, 20 Agustus 2009/www.hidayatullah.com].

Office Of Islam

Gw orang Islam

Bersyahadat Setelah 8 Tahun Baca al-Quran

Posted in Indahnya Islam, Khazanah by Hasna Hawwa on the September 5th, 2009

Add to Technorati Favorites Anne Collins ingin berhubungan langsung dengan Allah yang dapat memberikannya ampunan tanpa perantara. Itu setelah 8 tahun membaca Al Quran
Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen yang taat. Saat itu, orang Amerika lebih religius dibandingkan masa sekarang–contohnya, sebagian besar keluarga pergi ke gereja setiap Minggu. Orangtua saya ikut dalam komunitas gereja. Kami sering mendatangkan pendeta ke rumah. Ibu saya mengajar di sekolah minggu, dan saya membantunya
Pastinya saya lebih relijius dibandingkan anak-anak lainnya, meskipun saya tidak merasa seperti itu dulu. Satu saat ketika ulang tahun bibi saya memberi hadiah sebuah Bibel, dan untuk saudara perempuan saya ia memberi sebuah boneka. Lain waktu saya minta dibelikan bukudoa kepada orang tua, dan saya membacanya setiap hari selama beberapa tahun.
Ketika saya SMP, saya mengikuti program belajar Bibel selama dua tahun. Ketika itu saya sudah mengkaji sebagian dari Bibel, meskipun demikian saya belum memahaminya dengan baik. Kemudian saya mendapat kesempatan mempelajarinya lebih dalam. Sayangnya, kami belajar banyak petikan di dalam Perjanjian Lama dan Baru yang tak dapat dipahami, bahkan terasa aneh.
Sebagai contoh, Bibel mengajarkan tentang adanya dosa awal, yang artinya semua manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa. Saya punya adik bayi, dan saya tahu ia tidak berdosa.
Bibel mengandung banyak cerita aneh dan sangat meresahkan, misalnya cerita tentang nabi Ibrahim dan Daud. Saya tak dapat mengerti bagaimana mungkin para nabi bisa mempunyai kelakuan seperti yang diceritakan dalam Bibel.
Ada banyak hal lain dalam Bibel yang membingungkan saya, tapi saya tidak mempertanyakannya. Saya terlalu takut untuk bertanya–saya ingin dikenal sebagai “gadis baik”.
Alhamdulillah, akhirnya ada seorang anak laki-laki yang bertanya, dan ia terus bertanya.
Hal yang paling penting adalah tentang trinitas. Saya tidak bisa memahaminya. Bagaimana bisa Tuhan terdiri dari tiga bagian, yang salah satunya adalah manusia? Di sekolah saya juga belajar mitologi Yunani dan Romawi, menurut saya pemikiran tentang trinitas dan orang suci yang punya kekuatan sama dengan pemikiran budaya Yunani dan Romawi yang mengenal banyak dewa, yang masing-masing bertanggung jawab atas aspek kehidupan yang berbeda (astagfirullah!). Bocah yang bertanya itu, banyak bertanya tentang trinitas. Ia mendapatkan banyak jawaban tapi tidak pernah puas. Sama seperti saya. Akhirnya guru kami, seorang profesor teologi dari Universitas Michigan, menyuruhnya untuk berdoa minta keteguhan iman. Saya pun berdoa.
Ketika saya SMA saya, diam-diam saya ingin menjadi seorang biarawati. Saya tertarik untuk melakukan peribadatan setiap harinya, tertarik kehidupan yang sepenuhnya dipersembahkan untuk Tuhan, dan menunjukkan sebuah gaya hidup yang relijius. Halangan atas ambisi ini hanya satu:  saya bukan seorang Katolik. Saya tinggal di  sebuah kota di wilayah Midwestern, di mana Katolik merupakan minoritas yang tidak populer.
Saya bertemu seorang Muslim dari Libya. Ia menceritakan saya sedikit tentang Islam dan Al-Quran. Ia bilang Islam itu modern, agama samawi yang paling up-to-date. Karena saya menganggap Afrika dan Timur Tengah itu terbelakang, maka saya tidk bisa melihat Islam sebagai sesuatu yang modern.
Keluarga saya mengajaknya ke acara Natal di gereja. Bagi saya acara itu sangat menyentuh dan berkesan. Tapi diakhir acara ia bertanya, “Siapa yang membuat aturan peribadatan seperti itu? Siapa yang mengajarkanmu kapan harus berdiri, membungkuk dan berlutut? Siapa yang mengajarimu cara beribadah?” Saya menceritakan kepadanya sejarah awal gereja. Awalnya pertanyaannya itu sangat membuat saya marah, tapi kemudian saya jadi berpikir. Apakah orang-orang yang membuat tata cara peribadatan itu benar-benar punya kualifikasi untuk melakukannya? Bagaimana mereka bisa tahu bagaimana peribdatan itu harus dilakukan? Apakah mereka dapat wahyu tentang itu?
Saya sadar jika saya tidak mempercayai banyak ajaran Kristen, namun saya tetap pergi ke gereja. Ketika kredo Nicene dibacakan bersama-sama, saya hanya diam, saya tidak turut membacanya. Saya seperti orang asing di gereja.
Ada kejadian yang sangat mengejutkan. Seseorang yang sangat dekat dengan saya mengalami masalah dalam rumah tangganya. Ia pergi ke gereja untuk meminta nasihat. Orang dari gereja itu justru memanfaatkan kesusahan dan penderitaannya. Laki-laki itu mengajaknya ke sebuah motel dan kemudian merayunya.
Sebelumnya saya tidak memperhatikan benar apa peran rahib dalam gereja. Sejak peristiwa itu saya jadi memperhatikannya. Sebagian besar umat Kristen percaya bahwa pengampunan lewat sebuah acara peribadatan suci yang harus dipimpin oleh seorang pendeta. Tidak ada pendeta, tidak ada pengampunan.
Saya mengunjungi gereja, duduk dan memperhatikan pendeta yang ada di depan. Mereka tidak lebih baik dari umat yang datang–sebagian di antaranya bahkan lebih buruk. Jadi bagaiamana bisa seorang manusia biasa diperlukan sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan Tuhan? Mengapa saya tidak bisa berhubungan langsung dengan Tuhan, dan langsung menerima pengampunannya?
Tak lama setelah itu, saya mendapati terjemahan Al-Qur’an di sebuah toko buku. Saya lalu membeli dan membacanya, kadang terus membaca, kadang terputus, selama delapan tahun. Selama itu saya juga mencari tahu tentang agama lain.
Saya semakin khawatir dan takut dengan dosa-dosa saya. Bagaimana saya tahu Tuhan akan memafkan dosa-dosa saya? Saya tidak lagi percaya dengan metode pengampunan ala Kristen akan berhasil. Beban-beban dosa begitu berat bagi saya, dan saya tidak tahu bagaimana membebaskan diri darinya. Saya sangat mengharapkan ampunan.
Membaca  Al-Quran
Suatu kali, aku membaca Al-Quran yang bunyinya: “Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat  persahabatannya dengan orang-orang beriiman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu ada rahib-rahib, juga sesungghnya mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad S.A.W). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh? [Al-Maidah: 82-84]
Saya mulai berharap bahwa Islam mempunyai jawabannya. Tapi bagaimana cara saya mencari tahu? Dalam berita di televisi saya melihat Muslim beribadat. Mereka punya cara tertentu untuk berdo’a. Saya menemukan sebuah buku–yang ditulis oleh non Muslim–yang menjelaskan cara beribadah orang Islam. Kemudian saya mencoba melakukannya sendiri. Kala itu saya tidak tahu tentang taharah dan saya shalat dengan cara yang keliru. Saya terus berdoa dengan cara itu selama beberapa tahun.
Akhirnya kira-kira 8 tahun sejak pertama kali saya membeli terjemahan Al-Quran dulu, saya membaca: “Pada hari ini telah ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah  Ku-cukupkan  kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” [Al- Maidah: 3]
Saya menangis bahagia, karena saya tahu, jauh sebelum bumi diciptakan, Allah telah menuliskan bahwa Al-Quran ini untuk saya. Allah mengetahui bahwa Anne Collins di Cheektowaga, New York, AS, akan membaca ayat ini pada bulan Mei 1986.
Saya tahu banyak hal yang perlu dipelajari, seperti bagaimana cara shalat yang benar, sesuatu yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran. Masalahnya saya tidak kenal seorang Muslim satu pun.
Sekarang ini Muslim relatif mudah dijumpai di AS. Dulu saya tidak tahu di mana bisa bertemu mereka. Saya mendapatkan nomor telepon sebuah komunitas Muslim dari buku telepon. Saya lalu coba menghubunginya. Seorang laki-laki menjawab diseberang sana, saya panik lalu mematikan telepon. Apa yang akan saya katakan padanya? Bagaimana mereka akan menjawab pertanyaan saya? Apakah mereka akan curiga? Akankah mereka menerima saya, sementara mereka sudah saling memiliki dalam Islam?
Beberapa bulan kemudian saya kembali menelepon masjid itu berkali-kali. Dan setiap kali saya panik, saya menutupnya. Akhirnya, saya  menulis sebuah surat, isinya memnta informasi. Seorang ikhwan dari  masjid itu menelepon saya dan kemudian mengirimi saya selebaran tentang Islam. Saya katakan padanya bahwa saya ingin masuk Islam. Tapi ia berkata pada saya, “Tunggu hingga kamu yakin.” Jawabannya agar saya menunggu membuat saya kesal. Tapi saya sadar, ia benar. Saya harus yakin, sebab sekali menerima Islam, maka segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama.
Saya jadi terobsesi dengan Islam. Saya memikirkannya siang dan malam. Dalam beberapa kesempatan, saya mengendarai mobil menuju ke masjid (saat itu masjidnya berupa sebuah rumah yang dialihfungsikan menjadi masjid). Saya berputar mengelilinginya beberapa kali sambil berharap akan melihat seorang Muslim, dan penasaran seperti apa keadaan di dalam masjid itu.
Satu hari di awal Nopember 1986, ketika saya memasak di dapur, sekonyong-konyong saya merasa jika saya sudah menjadi seorang Muslim. Masih takut-takut, saya mengirim surat lagi ke masjid itu.  Saya menulis: Saya percaya pada Allah, Allah yang Maha Esa, saya percaya bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, dan saya ingin tercatat sebagai orang yang bersaksi atasnya.
Ikhwan dari masjid itu menelepon saya keesokan harinya, dan saya mengucapkan shahadat melalui telepon itu. Ia berkata bahwa Allah telah mengampuni semua dosa saya saat itu juga, dan saya seperti layaknya seorang bayi yang baru lahir.
Saya merasa beban dosa-dosa menyingkir dari pundak. Dan saya menangis karena bahagia. Saya hanya sedikit tidur malam itu. Saya menangis, mengulang-ulang menyebut nama Allah. Ampunan yang saya cari telah didapat. Alhamdulillah. [di/iol/www.hidayatullah.com]

Gw orang Islam

Yuk, Jadi Lebih Baik!

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun II/2008-2009 by Farah Zuhra on the September 21st, 2009

Add to Technorati Favorites logo-gi-3 gaulislam edisi 100/tahun ke-2 (2 Syawal 1430 H/21 September 2009)

Nggak kerasa bulan Ramadhan udah berlalu lagi. Sedih rasanya berpisah dengan bulan mulia ini. Sebab, dalam bulan Ramadhan, begitu banyak keutamaannya. Entah kenapa seluruh umat Islam di dunia pasti merasakan keunikan bulan ini. Unik yang bagaimana? Unik karena kita kudu puasa di siang hari. Sementara malamnya, kita sholat malam, kemudian bangun lebih awal untuk sahur dan beribadah lagi. Namun demikian, kegiatan sehari-hari tetap kudu berjalan, walau kadang kurang optimal karena ngantuk, lemes dan susah konsentrasi. Sebenarnya semua kegiatan tersebut biasa aja, dan bukan merupakan hal yang aneh bagi orang Islam. Cuma karena kita jarang melakukannya, kegiatan tersebut terasa berbeda di bulan Ramadhan.
Datang dan perginya bulan Ramadhan pasti akan terjadi sepanjang masih ada kehidupan di dunia ini. Nah, karena sifatnya sudah pasti terjadi, mestinya kita yang udah cukup sering berpuasa Ramadhan. Tentunya udah mahir banget. Sama seperti naik sepeda, pada mulanya terasa sulit. Sering kali kita harus jatuh berkali-kali. Kadang malah sampai berdarah-darah segala. Namun kemudian perlahan kita mulai bisa. Terus berlatih sampai akhirnya jadi mahir banget. Nggak cuma jalan biasa aja yang bisa dilewatin. Mulai dari gunung sampai trek yang biasanya dipake buat skateboard pun di jabanin. Yang semula naik sepeda biasa aja, karena berlatih terus akhirnya kita bisa, lepas stang, jumping, flip 360 derajat dll.
Demikian juga dengan puasa, kalo kita dengerin ustadz di masjid ceramah selama bulan puasa, sering kali mereka menjelaskan kalo bulan puasa adalah bulan latihan bagi umat muslim untuk menahan hawa nafsunya. Kalo kita udah terbiasa berlatih, harusnya kita jago banget dalam berpuasa ini. Semula cuma puasa setengah hari, karena berlatih terus, mestinya tidak akan sulit untuk puasa sehari penuh. Bagi kamu yang biasanya puasa bolong-bolong, jadi bisa puasa full selama 1 bulan tanpa jeda.
Setiap latihan pasti ada tujuannya. Kalo berpuasa dianggap sebagai latihan, terus apa dong tujuannya? Sebenernya tujuannya sudah diungkap oleh Allah Swt. di dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 183 (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ayat ini cukup populer terutama di bulan Ramadhan. Maksud dari ayat ini adalah pernyataan Rabb manusia yang menginginkan hamba-hambaNya memperoleh derajat yang mulia yaitu menjadi orang yang bertakwa, dengan jalan berpuasa. Secara umum yang dimaksud dengan takwa adalah melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi setiap laranganNya. Dan memang seperti itu yang biasanya terjadi di bulan puasa.
Contoh sederhana, wanita pada rame-rame menjaga auratnya. Baik di tivi sampai di tempat-tempat publik, seperti warung pun banyak yang mengubah jadwal operasional mereka. Menyesuaikan dengan waktu berbuka dan sebagainya. Nah, tersisa sebuah pertanyaan besar setelah kita berpuasa Ramadhan selama 1 bulan penuh: tercapaikah tujuan berpuasa seperti yang di tunjukkan al-Quran? Yuk kita evaluasi diri kita.

Bentuk takwa
Sebelum kita bahas dengan luas (yakni hasil dari panjang dikali lebar, lho kok jadi kayak pelajaran matematika?), kita harus paham terlebih dahulu bagaimana sih bentuk-bentuk takwa yang diajarkan dalam bulan Ramadhan. Tentu agar nantinya kita bisa menggunakan skill ketakwaan yang sudah kita latih selama sebulan penuh, di 11 bulan lainnya.
Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah Swt. larang. Walaupun sebenarnya larangan tersebut lebih berat. Misalnya makan, minum dan menahan berhubungan dengan suami/istri (bagi yang sudah punya) di siang hari pada saat Ramadhan. Semua yang dilarangan tersebut tidak haram dalam Islam, bahkan sesuai dengan fitrah manusia. Namun selama berpuasa (di siang hari) Ramadhan kita harus meninggalkannya. Beda ceritanya dengan larangan membunuh atau mencuri, yang secara alami, manusia tidak menyukainya, jadi lebih mudah untuk meninggalkannya. Karena itulah larangan ini memiliki derajat yang lebih tinggi, sehingga balasannya pun lebih besar. Sebagai referensi coba kita ingat kembali cerita Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anaknya sendiri, yakni Ismail (Nabi Ismail). Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dariNya. Inilah bentuk takwa pertama.
Kedua, selama berpuasa kita sebenarnya bebas melakukan kesenangan yang kita inginkan. Mau minum diem-diem, atau makan sembunyi-sembunyi, bisa kok kalo mau. Beda ceritanya kalo dijagain sama pengawas, misal ada polisi di jalan. Biasanya sih pada nurut kalo ada polisinya. Lain halnya juga kalo kita tercegah untuk melakukan hal-hal yang dilarang tersebut, misal dimasukin ke sel/dikurung sehingga nggak bisa makan, minum dengan bebas.
Orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi diriNya. Jadi meski tidak ada polisi dan juga tidak ada penghalang, orang yang berpuasa memilih untuk tidak melanggar perintah Rabbnya. Sebab, ia merasa selalu diawasi oleh Allah Swt. Inilah bentuk takwa yang kedua.
Ketiga, selama kita berpuasa, terasa banget bagaimana kita menjadi lebih bersemangat melakukan semua ibadah, kenapa ya? Ya karena kita tahu begitu besar balasan yang akan kita terima. Sama seperti seorang pekerja yang disuruh lembur sama majikannya dan selama lembur pekerja tersebut memperoleh bayaran dua kali lipat dari biasanya. Tentunya karyawan itu akan mengharapkan setiap hari adalah hari lembur. Sudah pasti bersemangat menyelesaikan pekerjaannya dan semangat itulah yang menghantarkannya menuju penyelesaian pekerjaan dengan sempurna.
Bagi orang yang berpuasa, mereka akan bersemangat melakukan ibadah. Mereka tahu besarnya pahala yang akan diperoleh. Sehingga akhirnya menghantarkan mereka tidak hanya melakukannya dengan semangat saja namun juga melakukan ibadah dengan sempurna. Sempurnanya amalan dikarenakan semangat dalam melakukannya, merupakan jalan menggapai takwa.
Minimal ketiga bentuk takwa di atas adalah skill ketakwaan yang telah kita latih selama bulan Ramadhan. Lalu apa keuntungan kita dengan memiliki ketiga skill ketakwaan tersebut? Ngaruh emang dalam kehidupan kita? Jelas ngaruh dong, paling tidak ada 4 keuntungan yang kita peroleh:
Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Setiap dari kita adalah pemimpin, baik laki-laki maupun perempuan. Karena Allah Swt. akan meminta pertanggung jawaban manusia sebagai pemimpin (sesuai dengan apa yang dipimpinnya), maka seorang muslim harus mampu mengendalikan jiwanya. Sebab, kalo dirinya sendiri saja nggak bisa mengendalikan/mengatur jiwanya, bagaimana mungkin dia bisa memimpin/mengatur orang lain?
Selama bulan Ramadhan kita dilatih untuk mengendalikan syahwat dan kesenangan dunia, kenapa? Karena rasa kenyang dengan banyaknya makan dan minum, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Puasa  mendidik kita untuk tidak lalai dan kufur terhadap nikmat Allah ‘azza wa jalla, yang pada akhirnya akan menjadikan setiap orang mampu mengendalikan jiwanya.
Kedua, dengan terkendalinya jiwa, maka hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah Swt. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah Swt. Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.
Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, bagi orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun dianjurkan untuk gemar berbagi dengan mereka yang tidak mampu. Fungsi sosial individu biasanya dapat dilakukan dengan mudah selama bulan Ramadhan. Namun kewajiban individu ini memiliki keterbatasan. So, supaya fungsi sosial Islam dapat terlaksana dengan sempurna, tidak bisa tidak, diperlukan peran aktif negara dalam pelaksanaannya.
Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi puasa dapat ‘membelenggu’ setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah. Oleh karena itu, Nabi saw. menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian.

Jadi yang terbaik
Ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya kita menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya. Sebab, kita udah ditempa untuk meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas shalat 5 waktu, seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Shalat Jama’ah bagi kaum pria, harusnya dapat rutin dilakukan di masjid, sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita yang berusaha mengenakan kerudung dan jilbab, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.
Rasulullah saw. bersabda, “(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (terus menerus) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah)
Selain itu para ulama juga seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah) hanya pada bulan Ramadhan saja.”
Sobat GI, untuk menjadi lebih baik di 11 bulan ke depan, kita kudu mengerti skill ketakwaan yang telah kita latih selama bulan Ramadhan dan udah saya jelasin di awal ya. Selain ngerti, juga kudu bisa menggunakannya dalam kehidupan kita hingga betemu dengan Ramadhan lagi. Jangan sampai kita sia-siakan hasil latihan kita selama 1 bulan tanpa bekas. Sebab, itu merupakan satu tanda kerugian amalan seseorang, seperti firman Allah Swt. (yang artinya), “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” (QS asy-Syuraa [42]: 20)
Ibnu ‘Abbas menjelaskan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Semoga Allah Swt. menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita mampu menggunakan berbagai skill ketakwaan yang telah kita latih di bulan Ramadhan selama 1 tahun penuh hingga bertemu Ramadhan kembali. Semoga Allah memberikan kita petunjuk, ketakwaan, menjauhkan kita dari hal-hal haram dan memberikan kita umur untuk bertemu Ramadhan lagi. Amiiin. Menjadi baik saja belum cukup jika kita mampu menjadi yang trebaik. Yuk, jadi lebih baik lagi! [aribowo: aribowo@gaulislam.com]
5 Jurus Bermain Gitar


Minimnya skill bermain gitar membuat suasana fellowship di berbagai
persekutuan kantor / sharing group kadang jadi kaku dan kurang bergairah. Skill
semacam ini memang tidak hanya didapat dalam waktu singkat. Tapi 5 jurus
singkat di hawah ini mungkin dapat membantu jika Anda melatihnya secara
konsisten selama minimal 3 hulan, dan setiap harinya selamma 1 hingga 2
jam.

Jurus 1: jangan Lupa Kunci

Kunci adalah nyawa dari permainan gitar. Tanpa kunci, meski kita tahu semua
jurus ritem, dijamin kita tidak akan pernah tahu bunyinya seperti apa.
Pelajarilah semua kunci dasar seperti C, D, E, F, (3, A, B) beserta semua bentuk
minor dan #nya (kecuali untuk kunci B memakai bentuk Bb). Biasanya buku tentang
kunci-kunci ini dijual bebas di pasaran. Satu tips yang patut diingat,
sebenarnya bentuknya begitu-begitu saja. Jangan dibuat pusing dengan nama-nama
yang berbeda. Contoh: bila kunci C digeser sejauh 2 fret akan menghasilkan kunci
D, padahal bentuknya sama, hanya letaknya yang berbeda.

Jurus 2: Dua Teknik Dasar

PETIKAN: Ketika memetik gitar, tidak perlu membayangkan harus seperti lagu
"KKEB"-nya Andre Hehanusa atau "Tears In Heaven"-nya Eric Clapton. Sebaliknya,
petiklah dengan sederhana seperti 3 contoh berikut ini:

Perhatikan posisi jari: jari jempol untuk 3 senar bas, sedangkan 3 senar
lainnya dipetik oleh 3 jari pada gamhar.
Penyederhanaan: jari jempol=1, jari
telunjuk=2, jari tengah=3 dan jari minis=4.
1. 1-2-3.4.3-2 dengan l
berpindah-pindah bas
2. 1-2-3-4-2 dengan 34 dipetik bersamaan
3. 1.234
dengan 234 dipetik hersamaan sebanyak 3x.

Setelah Anda nmencoba ketiganya, GABUNGKAN SEMUA TEKNIK! Memainkan lagu
KKEB bukan impian lagi.

RITEM: Ini hal yang sebetulnya sederhana. Kalau pengamen jalanan saja
tekniknya bagus, mengapa kita tidak? Alasan utama ketidak-mampuan ini adalah
kurangnya latihan. Jika Anda sungguh serius, sisihkan waktu untuk melatihnya
minimal 1 jam sehari. Latihan: Untuk ritem sederhananya dibagi menjadi ritem ke
bawah dan ke atas. Untuk ke bawah= l dan ke atas=2.
1. 1-1-2-2-1
2.
1-2-2-1-2-2-1

Jurus 3. Jangan Lupa Bawa Buku Nyanyian

Sekarang buku lagu-lagu Praise & Worship yang lazim digunakan dan sudah
banyak dijual bebas di pasaran. Biasanya apa yang tertera di buku-buku semacam
ini sudah disederhanakan sehingga menyanyikannya pun mudah saja.

Jurus 4: Berlatih Running Chord Untuk Bermazmur

Sebelum kita bisa membawa orang lain agar mengalami saat yang indah dalam
memuji & bermazmur bagi-Nya, kita harus mengalaminya terlebih dulu. Cobalah
untuk berdiam diri dengan bermazmur bagi-Nya dengan menggunakan running chord
4/4 seperti misalnya (jika bermain di kunci C): C-F, C-AmDm-G, F-Em-Dm-G.
Semakin sering dilantunkan, feeling Anda akan semakin terasah dan Anda akan
terheran-heran melihat perkembangan skill Anda.

Jurus 5: Percaya Diri
Percaya diri! That's the best thing.
Walau Anda banyak melakukan kesalahan (terutama biasanya salah kunci), lanjutkan
saja dengan tertawa bersama teman-teman Anda. Dijamin, mereka semua pasti ikut
tersenyum. Toh pada akhirnya, bukan permainan gitar/nyanyian kita yang diterima
oleh-Nya, tapi kesungguhan hati kita.


sumber : gema.sabda.org

Jumat, 02 Oktober 2009

Tips Cara Belajar Bermain Gitar dan Bass Bagi Pemula dari Dasar/Basic Plus Stem

13 05 2008
Mempunyai hobi musik tidak lengkap rasanya kalau belum bisa memainkan alat musik seperti gitar yang terkenal yang dapat dijadikan teman pengiring semua jenis lagu yang ada di seluruh dunia dan akherat. Belajar bermain gitar awalnya memang sulit dan terkadang membuat stres orang yang mempelajarinya.
Untuk belajar bass sebaiknya anda belajar gitar terlebih dahulu, karea orang yang dapat bermain gitar otomatis bisa bermain bass, namun jika anda bisa bermain bass tidak otomatis bisa gitar. Kunci dan nada pada bass gitar tidak jauh berbeda pada gitar, sehingga ada baiknya jika anda belajar kunci dasar gitar dahulu. Selain itu anda bisa menghemat uang, karena tidak perlu membeli bass, tetapi cukup gitar kopong yang murah saja sudah cukup.
Untuk bermain gitar anda harus siap merasa agak sakit pada ujung jari kiri anda, karena akan digunakan untuk menekan senar untuk membuat formasi kunci gitar. Terkadang harus membuat ujung jari kita menjadi kapalan maupun melendung baik jari di tangan kiri maupun kanan. Untuk mendapatkan sesuatu anda memang harus mengorbankan sesuatu, itu adalah hukum kimia dan ekonomi yang wajar dan normal.
Jika anda berencana untuk kursus sebaiknya anda jangan ikut kursus sebelum menguasai tehnik dasar tempo lagu, kunci dasar gitar dan kocokan gonjreng pada gitar. Jika anda belum menguasai hal itu anda hanya akan memperlama masa kursus anda yang akan menghabiskan uang.
Untuk menghemat biaya anda bisa belajar pada teman, saudara atau tetangga yang anda kenal baik dan bisa barmain gitar. Jika tidak ada yang bisa bermain gitar maka anda harus belajar otodidak alias belajar sendiri.
Yang diperlukan untuk belajar gitar dasar sendirian :
- Gitar apa saja boleh kopong dan boleh listrik
- Buku atau majalah lagu-lagu yang ada kunci gitarnya beserta petunjuk kunci gitar
- Kaset, CD atau MP3 lagu yang ada di buku lagu
- Kemampuan stem atau menyetem gitar
Untuk memulai latihan anda harus menyetem gitar anda terlebih dahulu agar suara 6 senar gitar bisa harmonis dan tepat. Jika tidak distem maka anda tidak akan bisa belajar, karena suaranya tidak mungkin pas. Untuk stem gitar anda bisa minta tolong orang lain atau stem sendiri dengan insting. Untuk masalah stem gitar anda bisa mencari buku panduan bermain gitar di toko buku.
Jika anda mau stem sendiri, maka caranya adalah dengan menyamakan fret ke 5 suatu senar dengan satu senar setingkat di bawahnya pada fret 0. Kecuali pada senar ketiga dari bawah yang barus distem pada fret ke 4 dengan fret 0 di senar kedua dari bawah. Anda harus menggunakan filing anda apakah suara suatu fret dengan fret di bawahnya sudah sama suaranya. Jika tidak sama putar-putar pengendali tegangan senar pada ujung gitar sampai pas.
Jika sudah OK, maka selanjutnya anda tinggal mencoba gonjreng pada kunci standar sampai jari anda anda terbiasa dengan posisi masing-masing kunci. Kemudian coba buka buku lagu-lagu yang ada kunci gitarnya, lalu coba ikuti perubahan dari kunci ke kunci dengan tempo yang sesuai dengan aslinya sebisa mungkin berdasarkan filing anda.
Jika sudah bisa maka anda bisa mencoba bermain bareng dengan suara kaset atau lagu yang sebenarnya. Namun syaratnya adalah steman pada gitar anda sesuai dengan steman yang ada di kaset dan kunci lagu yang ada di buku atau majalah juga benar sesuai dengan yang di kaset dan gitar anda.
Jika anda sudah agak lancar anda bisa melanjutkan ke kursus atau inovasi sendiri belajar hal-hal lainnya dari buku mapun kenalan anda. Jika sudah menguasai anda bisa membentuk grup band anda sendiri bersama orang lain yang bisa memainkan alat musik lainnya. Selamat belajar dan semoga berhasil .

Suber  : www.google.com

Guitar Chords for Various Song Lyrics Accompaniment Use in Rock, Blues, Pop, Jazz, etc.






Major C D E F G A B
Minor Cm Dm Em Fm Gm Am Bm
Dom. C7 D7 chord E7 chord F7 chord G7 chord A7 chord B7 chord
Major
7th
CM7 chord - (Cmaj7) DM7 EM7 FM7 GM7 AM7 BM7
Minor
7th
Cm7 Dm7 Em7 Fm7 F#m7 Gm7 Am7 Bm7

Minor
7-5

Cm7-5 Dm7-5 Em7-5 Fm7-5 Gm7-5 Am7-5 Bm7-5
Sus Csus Dsus Esus Fsus Gsus Asus Bsus
Full Bar Open String fr Fret Number x Do not Strike